Salah satu faktor yang memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah suku bunga The Federal Reserve (The Fed). Suku bunga yang ditetapkan oleh The Fed memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian global, termasuk pasar saham di negara berkembang seperti Indonesia.
Ketika The Fed menaikkan suku bunga, aliran modal asing cenderung mengalir keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia, karena investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi di pasar AS.
Sebaliknya, penurunan suku bunga The Fed sering kali mendorong masuknya modal asing ke pasar negara berkembang, karena imbal hasil di pasar AS menjadi lebih rendah, yang pada gilirannya dapat meningkatkan minat investor terhadap saham-saham di Indonesia dan mendorong penguatan IHSG.
Suku Bunga Turun, IHSG Justru Melemah
Anomali justru terjadi pada saat The Fed menurunkan suku bunga acuannya baru-baru ini. Sebagai informasi, The Fed memangkas suku bunga acuan (Fed Fund Rate/ FFR) 25 bps (0,25%) ke rentang level 4,25% - 4,50% pada Rabu (18/12) waktu setempat, sesuai dengan ekspektasi konsensus.
Sumber: Tradingeconomics
Dengan keputusan tersebut, The Fed telah memangkas suku bunganya sebanyak tiga kali sepanjang tahun 2024 dengan total penurunan 100 bps (1,00%) sekaligus menempatkan suku bunga acuan ke level terendah dalam dua tahun terakhir.
Sumber: Google Finance
Di tengah sentimen penurunan suku bunga acuan tersebut, pasar saham AS justru meresponnya dengan negatif. Tiga indeks saham utama AS kompak mencatatkan penurunan tajam pada perdagangan Rabu (18/12) waktu setempat, yang pada gilirannya merambat ke bursa global termasuk Indonesia.
Sumber: Google Finance
Alhasil, pada perdagangan Kamis (19/12) waktu Indonesia, IHSG mencatatkan penurunan cukup tajam mencapai -1,84% ke level 6.977,24. Aksi jual investor asing juga terpantau cukup besar dengan nilai mencapai Rp944,05 miliar.
Keganjilan yang terjadi saat The Fed memangkas suku bunga acuannya ini merupakan respon pelaku pasar yang cenderung kecewa. Menurut perkiraan terbaru, The Fed hanya akan menurunkan suku bunga acuan dua kali tahun depan, turun dari empat kali yang mereka proyeksikan pada bulan September lalu.
The Fed mengisyaratkan dalam pernyataan kebijakannya bahwa bank sentral cenderung mempertahankan suku bunga tetap stabil di masa mendatang. Pasalnya, inflasi tetap jauh di atas target bank sentral sebesar 2%. Ekonomi AS juga terbukti sangat tangguh dalam menghadapi biaya pinjaman yang tinggi.
Korelasi Bursa Saham AS dengan IHSG
Bursa saham AS, seperti Dow Jones Industrial Average (DJIA), Nasdaq, dan S&P 500, memiliki korelasi yang cukup erat dengan IHSG, meskipun keduanya berada di pasar yang berbeda. Korelasi ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain:
-
Sentimen Pasar Global
Bursa saham AS sering dianggap sebagai barometer kondisi ekonomi global. Ketika pasar saham AS mengalami kenaikan, sentimen positif ini dapat menyebar ke pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia, yang menyebabkan IHSG juga cenderung naik.
Sebaliknya, jika bursa saham AS turun tajam, kekhawatiran global dapat menular ke pasar saham Indonesia, sehingga IHSG juga berpotensi mengalami penurunan.
-
Aliran Modal Asing
Pasar saham AS adalah salah satu tujuan utama bagi investor global. Ketika kondisi di AS menunjukkan kekuatan ekonomi, atau ketika suku bunga di AS tinggi, aliran modal asing cenderung mengalir keluar dari negara berkembang dan masuk ke AS, yang dapat menyebabkan penurunan IHSG.
Sebaliknya, jika suku bunga di AS lebih rendah atau ada ketidakpastian ekonomi di AS, investor mungkin mencari peluang di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, yang bisa meningkatkan permintaan terhadap saham-saham di Indonesia dan mendorong kenaikan IHSG.
-
Kebijakan The Fed
Kebijakan moneter The Fed, terutama terkait dengan suku bunga, sangat mempengaruhi aliran modal global. Keputusan The Fed dapat mempengaruhi pasar saham AS dan, pada gilirannya, pasar saham negara berkembang seperti Indonesia.
Jika The Fed menaikkan suku bunga, hal ini dapat menyebabkan penurunan IHSG karena investor mungkin menarik dana mereka dari pasar Indonesia menuju pasar AS yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Sebaliknya, penurunan suku bunga oleh The Fed dapat membuat saham-saham di Indonesia lebih menarik bagi investor asing.
Secara keseluruhan, meskipun IHSG dan bursa saham AS berada di dua kawasan berbeda, mereka sering bergerak dalam pola yang sejalan karena pengaruh faktor ekonomi global yang saling terkait.