Dalam dunia investasi, ada satu pola yang sering terjadi: pasar saham cenderung bangkit ketika sentimen investor berada di titik terendah. Banyak investor bertanya-tanya, “Apakah benar IHSG bisa pulih ketika semua orang pesimis dan menyerah?” Artikel ini akan membahas teori di balik fenomena tersebut dan bagaimana investor bisa memanfaatkannya.
Pasar saham bergerak dalam siklus yang berulang: optimisme, euforia, ketakutan, keputusasaan, dan akhirnya pemulihan. Pada fase keputusasaan, investor mulai menjual saham mereka secara panik karena takut harga akan terus turun. Fenomena ini sering disebut sebagai capitulation—ketika mayoritas investor menyerah dan keluar dari pasar.
Namun, justru di titik inilah peluang sering muncul. Mengapa? Karena ketika semua orang pesimis, harga saham sudah sangat murah, dan tekanan jual semakin berkurang. Inilah saat di mana investor yang berpikir jangka panjang mulai masuk dan mengakumulasi saham berkualitas.
Ada beberapa teori yang mendukung pemulihan pasar :
1. Kontrarian Investing: Melawan Arus Mayoritas
Strategi ini berpegang pada prinsip bahwa pasar sering bereaksi berlebihan terhadap sentimen negatif. Ketika semua orang menjual, harga saham bisa turun lebih dari yang seharusnya, menciptakan peluang beli bagi investor cerdas.
2. Market Cycle: Siklus Pasar Tidak Pernah Berhenti
Pasar selalu bergerak dalam siklus: Optimisme → Euforia → Ketakutan → Keputusasaan → Pemulihan. Saat keputusasaan terjadi dan tidak ada lagi yang menjual dalam jumlah besar, harga mulai stabil dan akhirnya pulih.
3. Mean Reversion: Kembali ke Rata-Rata
Harga saham cenderung kembali ke nilai wajarnya dalam jangka panjang. Jika IHSG turun terlalu dalam, besar kemungkinan akan ada pemulihan setelah sentimen membaik.
4. Reflexivity Theory (George Soros): Sentimen Mengubah Realitas
Ketika pesimisme ekstrem terjadi, sering kali hal itu tidak mencerminkan fundamental yang sebenarnya. Ketika realita mulai menunjukkan perbaikan (misalnya laporan keuangan membaik, suku bunga menurun, atau ekonomi stabil), pasar mulai berbalik arah.
Lalu sebagai investor, bagaimana memanfaatkan momen ini?
- Perhatikan Sentimen Pasar: Ketika media dipenuhi berita buruk dan investor panik, itu bisa menjadi sinyal bahwa pasar mendekati titik terendah.
- Pantau Valuasi Saham: Jika saham-saham berkualitas diperdagangkan jauh di bawah nilai wajarnya, itu bisa menjadi peluang beli.
- Jangan Ikut Panik: Keputusan investasi yang didasarkan pada emosi sering kali berakhir dengan kerugian. Tetaplah rasional.
- Gunakan Strategi Bertahap: Jika pasar sedang lesu, pertimbangkan untuk membeli saham secara bertahap (dollar-cost averaging) agar risiko lebih terkontrol.
Pasar saham cenderung bangkit ketika semua orang sudah menyerah dan pesimisme berada di puncaknya. Teori seperti contrarian investing, siklus pasar, dan mean reversion mendukung fenomena ini. Namun, bukan berarti setiap kali pasar jatuh, kita harus langsung membeli—analisis tetap diperlukan.
Bagi investor yang sabar dan mampu melihat peluang di tengah krisis, momen pesimisme ekstrem bisa menjadi saat terbaik untuk membangun portofolio yang kuat. Jadi, ketika semua orang takut, apakah Anda siap untuk berani?