IQPlus, (13/8) - Berupaya untuk terus menjaga momentum pertumbuhan pasar modal Indonesia di tengah kondisi yang dinamis, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama SRO dan OJK, serta didukung oleh stakeholders, telah meluncurkan serangkaian inisiatif strategis sepanjang tahun 2024. Beberapa inisiatif strategis yang dilakukan, yaitu implementasi Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) Improved Trading Mechanism pada 19 Februari 2024 dan Papan Pemantauan Khusus Full Periodic Call Auction diimplementasikan pada 25 Maret 2024. Selain itu, berdasarkan Post Implementation Review, telah dilakukan Perubahan Implementasi Papan Pemantauan Khusus pada 21 Juni 2024. BEI juga telah melakukan peluncuran indeks IDX Cyclical Economy 30 pada 13 Juli 2024. Bertujuan menambah variasi produk derivatif di pasar modal, dalam seremoni pembukaan perdagangan sesi kedua hari ini, BEI juga melakukan soft launching produk Single Stock Futures (SSF). Produk SSF dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melindungi nilai portofolio dan mandapatkan keuntungan pada saat harga saham sedang naik maupun turun. Dari sisi pencatatan efek, sampai dengan 9 Agustus 2024, BEI telah berhasil menorehkan 34 saham baru, 97 emisi obligasi, dan 1 Exchange-Traded Fund (ETF) baru. Total fund-raised IPO saham mencapai Rp5,15 triliun dengan 28 pipeline saham pada tahun 2024 ini. Sampai dengan saat ini, total perusahaan tercatat saham telah mencapai 936 perusahaan. Berdasarkan EY Global IPO Trends pada kuartal ke-2 tahun 2024, BEI menempati peringkat ke-7 secara global untuk jumlah perusahaan yang tercatat dan jumlah IPO tertinggi di antara negara ASEAN sejak 2018. Hal ini menunjukkan bahwa minat perusahaan untuk mencari alternatif pendanaan di pasar modal masih cukup tinggi. Berdasarkan data Single Investor Identification (SID), jumlah investor pasar modal yang terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana dan surat berharga lainnya telah bertumbuh 1,28 juta sejak tahun 2023 menjadi 13,45 juta investor sampai dengan 9 Agustus 2024. Khusus untukinvestor saham, terdapat peningkatan lebih dari 600 ribu investor saham menjadi 5,90 juta investor saham (per 9 Agustus 2024). Tidak hanya itu, partisipasi investor ritel masih tetap tinggi selama tahun 2024. Hal ini mencerminkan keyakinan investasi di pasar saham Indonesia masih cukup terjaga meski dihadapkan situasi ekonomi global dan domestik yang dipenuhi dengan ketidakpastian. (end)