IQPlus, (22/12) - Pertamina New & Renewable Energy dan PT Inhutani I menandatangani perjanjian komersial untuk proyek Nature and Ecosystem Based Solutions (NEBS) di wilayah Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) Kalimantan Utara. Perjanjian ini akan berlangsung selama 30 tahun. Berlangsung di Sentul Eco Edu Tourism Forest (18/12) perjanjian ini ditandatangani oleh CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan Direktur Inhutani I Oman Suherman. Penandatanganan ini merupakan tindak lanjut dari Penandatanganan Kerja Sama Induk (Master Cooperation Agreement) yang telah mengikat pada 9 konsesi Perhutani Group yang telah ditandatangani antara Pertamina NRE dan Perum Perhutani pada tanggal 20 Februari 2023. Perjanjian ini memiliki potensi menghasilkan kredit karbon mencapai 270 ribu tonCO2e/tahun berdasarkan hal ini merupakan hasil kajian feasibility study bulan Juli 2023. Proyek NEBS ini bertujuan untuk mengintegrasikan solusi berbasis alam dalam manajemen sumber daya alam dan keberlanjutan lingkungan.Pertamina NRE dan Inhutani berkomitmen untuk bekerja sama dalam mengimplementasikan strategi inovatif yang berfokus pada pelestarian ekosistem, mitigasi perubahan iklim, dan pengembangan sumber daya alam secara berkelanjutan. Dalam perjanjian ini, Pertamina NRE akan memberikan dukungan keuangan, teknis, dan manajerial, sementara Inhutani akan bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek secara langsung. Kemitraan ini mencakup pengembangan hutan berkelanjutan, pelestarian biodiversitas, dan penerapan praktik-praktik terbaik dalam kehutanan. "Kami sangat antusias dengan kolaborasi ini dan yakin bahwa proyek NEBS ini akan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan, masyarakat serta biodiversitas sekitar,"ujar Dannif Danusaputro. "Melalui kombinasi keahlian dan sumber daya kedua belah pihak, kami berharap dapat menciptakan model keberlanjutan yang dapat diadopsi di 8 konsesi hutan lainnya," terang Dannif. Pertamina NRE dan PT Inhutani I percaya bahwa kemitraan ini tidak hanya akan memberikan manfaat ekologis, tetapi juga ekonomis dan sosial bagi masyarakat setempat. Proyek ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi lokal. Hutan Kalimantan merupakan salah satu paru-paru dunia karena areanya yang sangat luas dan merupakan salah satu hutan tropis terbesar di dunia. Pertumbuhan pohon di hutan tropis tiga kali lebih cepat dibandingkn pohon yang ditanam di hutan non tropis. Kondisi ini menjadikan hutan tropis memiliki kemampuan penyerapan CO2 lebih efektif. Keunggulan ini menjadikan Indonesia memiliki potensi NBS dengan biaya termurah kedua di dunia. Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menambahkan, dalam rangka mempercepat realisasi bisnis rendah karbon, Pertamina perlu memperkuat sinergi dan kolaborasi sehingga Pertamina dapat mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan optimal. "Sebagai pemimpin dalam energi transisi, Pertamina akan terus bekerja sama denganberbagai pihak dalam membangun ekosistem energi baru terbarukan demi tercapainya aspirasi keberlanjutan nasional dan mewujudkan target pemerintah Net Zero Emission 2060," tandasnya. (end)