IQPlus, (4/10) - Bursa saham di Asia-Pasifik dibuka melemah pada hari Rabu ini dengan saham Korea mencatat penurunan lebih dari 2% setelah imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi dalam 16 tahun. Kospi Korea turun 2,16% dan Kosdaq turun 1,17% setelah kembali libur dan S&P/ASX 200 Australia turun 0,42%. Sementara itu Di Jepang, Nikkei 225 juga turun 1,45% pada jam pertama perdagangannya, sedangkan Topix turun 1,31%. Selatan Indeks Hang Seng Hong Kong juga diperkirakan akan mengalami penurunan dengan kontrak berjangka di 17,322 dibandingkan dengan penutupan HSI di 17,331.22. Pasar Tiongkok tetap tutup untuk libur selama seminggu. Semalam di AS, ketiga indeks alami pelemahan. Dow Jones Industrial Average kehilangan 430,97 poin, atau 1,29%, menandai hari terburuk sejak Maret. S&P 500 turun 1,37% sedangkan Nasdaq Composite turun 1,87%. Imbal hasil Treasury AS 10 tahun terakhir naik 11 basis poin menjadi 4,793%, setelah naik menjadi 4,8% pada hari Selasa. Imbal hasil Treasury AS tenor 30 tahun naik setinggi 4,924%, juga tertinggi sejak 2007 Reserve Bank of New Zealand mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah pada 5,5%. Bank sentral mencatat bahwa prospek pertumbuhan negara ini masih lemah meskipun pertumbuhan PDB pada kuartal bulan Juni lebih kuat dari perkiraan. PDB Selandia Baru naik 3,2% pada tahun yang berakhir Juni dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Komite setuju bahwa Suku Bunga Resmi harus tetap pada tingkat yang ketat untuk memastikan bahwa inflasi harga konsumen tahunan kembali ke kisaran target 1 hingga 3% dan untuk mendukung lapangan kerja berkelanjutan secara maksimal," kata bank dalam sebuah pernyataan. S&P/NZX 50 terakhir diperdagangkan turun 1,13% dan CEO DoubleLine Capital Jeffrey Gundlach mengarahkan investor pada fenomena di pasar obligasi, yang menurutnya menandai peringatan resesi. Selisih antara imbal hasil Treasury 2 tahun dan 10 tahun menyempit menjadi 35 basis poin, dibandingkan dengan selisih 108 basis poin beberapa bulan lalu, kata Gundlach. "De-inverting. pada bagian penting kurva imbal hasil ini bisa menjadi tanda bahwa krisis ekonomi akan segera terjadi. "Seharusnya membuat semua orang waspada terhadap resesi, bukan hanya sekedar waspada terhadap resesi," kata Gundlach dalam sebuah postingan di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. "Jika tingkat pengangguran naik hanya sepersepuluhnya, maka ini akan menjadi peringatan resesi. (end/cnbc)