StockWatch (Jakarta) - Sektor perumahan menjadi penopang bisnis PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) selama masa Pandemi Covid-19. Hal itu dikemukakan oleh Pahala Nugraha Mansury, Direktur Utama BBTN, dalam acara webinar bertajuk, “How Banking Leaders Manage Strategy to Rebound From Crisis” di Jakarta, Minggu (6/12). Menurut Pahala, sektor perumahan merupakan aalah satu faktor yang membuat BBTN mampu meraih laba sebesar Rp1,12 triliun pada kuartal tiga 2020, naik 39,72% dibandingkan Rp801 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. ``Sektor perumahan yang menjadi core business Bank BTN, merupakan sektor yang bangkitnya cukup baik. Terutama karena perumahan merupakan kebutuhan dasar karena di Indonesia, rasio sektor perumahan dari PDB nasional hanya sebesar 3%. Sehingga masih menjadi kebutuhan dasar masyarakat,” katanya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, lanjut dia, ketika pertumbuhan ekonomi nasional terkontraksi -5,32% secara tahunan pada kuartal ketiga 2020, sektor real estate masih dapat tumbuh +2,3% secara tahunan. Itu artinya, sektor perumahan masih mampu menjadi penggerak perekonomian nasional di tengah efek pandemi COVID-19. “Bank BTN cukup beruntung, karena kita fokus pada perumahan. Memang ada fase dimana terjadi penurunan penyaluran kredit pada bulan April namun sudah mengalami recovery signifikan pada beberapa bulan terakhir,” kata Pahala. Pahala tidak menampik, akibat pandemi Covid-19, perbankan dihadapkan sejumlah risiko yang disebabkan penurunan pendapatan debitur. Itu antara lain adalah risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas. Risiko kredit menjadi yang pertama karena sektor riil dan sektor UMKM mengalami penurunan. Ini berdampak pada kemampuan bayar debitur terhadap perbankan. BBTN menghadapi seluruh risiko tersebut dengan melakukan beragam pembenahan dan perbaikan proses dan layanan kepada nasabah. “Bank BTN beruntung karena 75% bisnisnya di segmen KPR. Sekarang tinggal bagaimana kita memperbaiki business process. Krisis ini menjadi momentum yang tepat untuk kita memperbaiki policy, termasuk policy risk, dan kepuasan nasabah kita tingkatkan sambil upgrading infrastructure digitalisasi yang kita tawarkan, tidak hanya produk DPK tapi juga KPR,” tandas Pahala. (daiz)