IQPlus, (10/11) - Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda memberi isyarat tidak akan terburu-buru untuk melakukan normalisasi kebijakan moneter. Hal itu dengan menunjukkan mengatasi inflasi yang lebih rendah dari yang diinginkan akan lebih sulit dibandingkan dengan menangani inflasi yang melampaui batas mengingat situasi yang terjadi di Jepang saat ini. "Jika terjadi overshooting, saya kira kita akan bisa mengatasinya dengan menaikkan suku bunga. Dalam kasus undershooting, akan agak sulit mengatasinya, mengingat efektifnya batas bawah nol pada suku bunga dan kendala atau masalah lain dalam kebijakan moneter non-tradisional," kata Ueda, dikutip dari The Business Times, Jumat, 10 November 2023. Ueda berbicara di tengah meningkatnya persepsi pasar bahwa BOJ sedang menuju normalisasi program pelonggaran besar-besaran pada pertengahan tahun depan. Ueda menegaskan kembali pandangannya bahwa Jepang telah mencapai kemajuan dalam mencapai target inflasi BOJ sebesar dua persen, namun hal tersebut belum tercapai. Ketika tiba waktunya untuk keluar, Ueda mengatakan, menaikkan suku bunga akan menimbulkan tantangan serius. Bank harus mempertimbangkan dampaknya terhadap bank swasta, peminjam, dan permintaan agregat. Mengontrol imbal hasil jangka panjang akan menjadi tantangan besar lainnya. Ia berharap bank tersebut bisa keluar tanpa menimbulkan volatilitas besar di pasar obligasi. "Tapi kita lihat saja nanti," tukasnya. BOJ memutuskan untuk melonggarkan mekanisme pengendalian imbal hasil pada minggu lalu dengan menetapkan batas atas satu persen untuk imbal hasil 10 tahun sebagai referensi, bukan batas yang kaku. Banyak ekonom melihat langkah ini sebagai langkah menuju normalisasi dengan cara menghindari lonjakan volatilitas di pasar. Dia mengatakan mengakhiri suku bunga negatif juga menimbulkan tantangan. "Kita harus melanjutkannya dengan cukup hati-hati karena semua orang sudah terbiasa dengan lingkungan dengan suku bunga rendah," pungkas Ueda. (end/ba)