IQPlus, (7/11) - Saham Korea Selatan turun 2%, memimpin pelemahan saham di kawasan Asia-Pasifik menjelang rilis data perdagangan Tiongkok, serta keputusan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia. Kospi Korea Selatan turun 2,17%, mengurangi kenaikan pada hari Senin ketika indeks tersebut mencatatkan sesi terbaiknya sejak akhir Maret 2020 setelah negara tersebut kembali memberlakukan larangan short-selling. Kosdaq turun 1,03%. S&P/ASX 200 Australia diperdagangkan 0,22% lebih rendah menjelang keputusan suku bunga bank sentral. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga kebijakan utamanya sebesar 25 basis poin menjadi 4,35%. Sementara itu Di Jepang, Nikkei 225 melemah 0,5% pada jam pertama perdagangannya, sedangkan Topix merosot 0,39%. Indeks Hang Seng Hong Kong tampaknya akan turun, dengan kontrak berjangka di 17,867 dibandingkan dengan penutupan terakhir indeks di 17,966.59. Tiongkok diperkirakan akan mempublikasikan data perdagangannya untuk bulan November. Semalam di AS, ketiga indeks tersebut menambah kenaikan tipis untuk melanjutkan reli kuat minggu lalu. Nasdaq Composite melonjak 0,3% menjadi berakhir pada 13,518.78, mencatat rekor positif terpanjang sejak Januari. S&P 500 naik tipis 0,18% menjadi berakhir pada 4,365.98, sedangkan Dow Jones Industrial Average naik tipis 34,54 poin, atau 0,1%, menjadi menetap pada 34,095.86. Namun saham-saham bangkit kembali minggu lalu, dengan rata-rata saham utama membatasi minggu terbaiknya sepanjang tahun ini. Secara keseluruhan, S&P 500 dan Nasdaq Composite masih naik sekitar 15% dan 29% sepanjang tahun ini. Bank sentral Australia diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,35% pada pertemuan kebijakan bulan November, perkiraan ANZ. "Kami memperkirakan RBA akan menaikkan suku bunga sebesar 25bp sore ini menyusul retorika hawkish baru-baru ini dan angka inflasi Q3 yang lebih kuat dari perkiraan," tulis ANZ dalam catatan hariannya. Bank sentral mempertahankan biaya pinjaman tetap stabil dalam empat pertemuan terakhirnya. Ekonom bank tersebut menambahkan bahwa mereka tidak memperkirakan adanya pelonggaran hingga kuartal keempat tahun 2024, dengan risiko yang cenderung mengarah pada pengetatan lebih lanjut dalam waktu dekat dan Inflasi Australia pada bulan September naik 5,4% tahun-ke-tahun, menurut data resmi. (end/cnbc)