IQPlus, (27/10) - Bursa saham di Asia-Pasifik dibuka menguat pada hari Jumat ini dengan saham-saham Australia alami kenaikan dari level terendah dalam satu tahun di sesi sebelumnya karena investor terus mencerna lebih banyak data inflasi. Harga konsumen inti di Tokyo naik 2,7% pada bulan Oktober dibandingkan tahun lalu, data pemerintah menunjukkan. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan sebesar 2,5%. Indeks harga konsumen inti untuk Tokyo mencakup produk minyak tetapi tidak termasuk harga pangan segar. Australia merilis indeks harga produsen kuartal ketiga pada hari Jumat, dengan PPI negara tersebut mencatat pertumbuhan 3,8% tahun-ke-tahun dan kenaikan 1,8% kuartal-ke-kuartal. PPI mengukur perubahan harga barang yang dijual oleh produsen. Kontrak berjangka indeks Hang Seng Hong Kong berada di 17,136, menunjukkan pembukaan yang lebih tinggi dibandingkan penutupan HSI di 17,044.61. Nikkei 225 Jepang dibuka naik 0,56% sedangkan Topix bertambah 0,6% sementara itu Kospi Korea Selatan naik 0,19% pada pembukaan, tetapi saham berkapitalisasi kecil Kosdaq tergelincir sedikit. Di Australia, S&P/ASX 200 diperdagangkan 0,29% lebih tinggi setelah ditutup 0,61% lebih rendah pada hari Kamis Nasdaq Composite jatuh lebih dalam ke wilayah koreksi pada hari Kamis karena Meta menjadi perusahaan teknologi terbaru yang menawarkan perkiraan yang tidak sesuai dengan ekspektasi investor. Indeks teknologi berat ini kehilangan 1,76%, ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari dan berakhir pada 12,595.61. S&P 500 merosot 1,18%, sedangkan Dow Jones Industrial Average tergelincir 0,76%. Saham-saham dengan imbal hasil tinggi telah berkinerja baik meskipun suku bunga meningkat, menurut perusahaan manajemen aset AllianceBernstein. "Kami menganggap imbal hasil ekuitas yang tinggi sebagai nilai yang lebih defensif dan berkualitas tinggi yang dapat bertindak sebagai lindung nilai yang berguna terhadap perlambatan pertumbuhan atau potensi resesi ringan," tulis analis perusahaan tersebut dalam sebuah catatan baru-baru ini. (end/cnbc)